Semarang, (25/02) - divisi Public Relationship Gaia Conservation menjalankan
program kerjanya, yaitu kampanye bertema Konservasi Megafauna Hiu dengan judul “Save and Coexist with Shark”. Acara
ini diselenggarakan diCar Free DaySimpang
Lima, Semarang. Penyelenggaraan kampanye ini dilakukan untuk
menyuarakan penyelamatan hiu yang terus
berkurang populasinya karena kini hiu menghadapi ancaman kepunahan. Tidak
kurang dari 100 juta ekor hiu diburu setiap tahunnya. Ancaman kepunahan hiu ini
dipicu oleh berbagai keadaan seperti eksploitasi yang tidak bertanggung jawab,
sementara hiu termasuk ikan yang perkembangbiakannya lambat dan jumlah
anakannya sedikit. Selain itu, adanya mata rantai perdagangan, tingginya
permintaan pasar terhadap produk hiu dan lemahnya kebijakan perlindungan hiu
turut mendorong berkurangnya populasi hiu.
Praktik “shark finning”,yaitu pemotongan sirip hiu dalam keadaan masih hidup merupakan kegiatan yang sedang marak akibat tingginya permintaan sirip hiu. Hiu yang telah dipotong siripnya kemudian dibuang ke dalam laut. Hal ini tentunya akanmembuat hiu mati secara perlahan didalam laut karena kehilangan alat geraknya.
Kampanye ini diawali dengan melakukan marchingdi sekitar Jalan Pahlawan dan
kemudian dilanjutkan dengan pengedukasian secara langsung kepada masyarakat
Semarang agar tidak mengonsumsi hiu dalam bentuk apapun. Selain itu juga
dijelaskan dampak dari mengonsumsi hiu, dimana hiu merupakan top predator yang memuncaki rantai
makanan dalam ekosistem laut sehingga akan mengakumulasi berbagai macam logam berat.
Organisasi di seluruh dunia, termasuk Badan Pelindungan Lingkungan Amerika
Serikat (US EPA), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan Organisasi Pangan dan
Pertanian PBB (FAO), menegaskan merkuri adalah racun neurotoksinberbahaya. Mereka
memperingatkan wanita hamil, wanita yang berencana untuk hamil, atau anak-anak
agar tidak mengonsumsi daging hiu.
Apabila
manusia mengonsumsi logam berat, maka dapat meningkatkan risiko kerusakan otak, jantung,
ginjal, sistem kekebalan tubuh, dan mandul. Selain merkuri, racun dalam tubuh
hiu adalah beta-n-Methylamino-L-alanine atau asam amino
nonprotein yang diproduksi oleh sianobakteri. Hal ini ditemukan dalam
penelitian yang dipimpin Kiyo Mondo dalam penelitian
mereka pada tahun 2012. Toksin ini memengaruhi sistem sarafsehingga dikaitkan
dengan peningkatan risiko penyakit neurogeneratif seperti Alzheimer dan Amyotrophic Lateral Sclerosis(ALS),yaitu
penurunan fungsi otot secara cepat. Kebanyakan sirip ikan hiu juga
mengandung senyawa seperti hidrogen peroksida dan formaldehid, yang jika terus-menerus
menumpuk pada tubuh dapat mengakibatkan kankerdalam hidung dan tenggorokan.
Kegiatan yang berlangsung
pada pagi hari tersebut mendapat tanggapan positif dari masyarakat Semarang,.
Hal ini ditandai dengan kontribusi masyarakat dalam menandatangani spanduk yang
menyetujui adanya gerakan penyelamatan hiu. Bentuk dukungan ini diharapkan dapatmendorong perubahan perilaku
masyarakat akan produk berbahan dasar hiu sehingga keseimbangan ekosistem laut
dapat terjaga. No shark no healthy ocean .